
"Kenaikan harga-harga sangat berdampak. Tidak hanya kedelai, kalau kedelai memang naik sudah sekitar dua minggu lalu, tetapi bawang putih, tepung dan rempah-rempah juga naik, rata-rata sekitar 20 persen," kata Sentot Bachtiar, pengrajin keripik tempe di Kelurahan Sanan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jumat (28/8).
Kelurahan Sanan dikenal sebagai pusat pengrajin keripik tempe. Ratusan penduduk hidup dari aktivitas produksi tempe, keripik tempe hingga penjualannya yang berjajar sepanjang jalan.
Sentot memiliki usaha produksi keripik tempe dengan merek Raja Rasa. Usaha rumahan itu mempekerjakan puluhan orang karyawan, dan secara rutin mengirimkan produksi olahannya ke berbagai daerah.
Sehari produksi, Sentot membutuhkan kedelai sekitar 1 kwintal yang dibeli dari koperasi seharga Rp 7.050. Kenaikan harga kedelai yang sudah sekitar tiga minggu itu, akibat dolar yang terus melemah. Selama ini jenis kedelai yang digunakan untuk para pengrajin keripik tempe diimpor sehingga harganya bergantung pada dolar.
Selain kedelai, Sentot juga dibuat pusing oleh harga bahan baku lain yang juga naik. Tepung, rempah-rempah, kemiri, kanji, telur dan bawang putih juga mengalami kenaikan sekitar 20 persen.
Harga bawang putih menyentuh harga sekitar Rp 9 Ribu dengan kebutuhan 7 Kg per hari. Tepung beras membutuhkan sekitar 60 Kg dan tepung kanji sekitar 20 Kg. Bumbu rempah-rempah juga mengalami kenaikan.
Namun demikian, Sentot belum berani menaikkan harga jual keripik buatannya. Hingga kini dirinya dalam posisi menunggu, kendati harus mengurangi untung.
"Belum ada kenaikan harga jual. Tapi daripada memperkecil irisan lebih baik menaikkan harga," katanya.
Sentot memahami bahwa kenaikan harga-harga tersebut akibat rupiah yang terus melemah. Dirinya berharap, pemerintah segera mengondisikan keadaan sehingga bisa normal kembali.
Sumber : faraku.com
Yuk daftar dan ramaikan Jejaring sosial Indonesia Faraku.com
Salam
Faraku Team
Tidak ada komentar:
Posting Komentar